Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir terus mendorong riset perguruan tinggi agar berorientasi kepada industri. Kampus harus mampu bekerja sama dengan industri di daerah masing-masing untuk mengembangkan riset.
Tahun ini, pemerintah menambah alokasi dana riset menjadi sekitar Rp 1,73 triliun. Dana itu naik dibanding anggaran tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 1,54 triliun. Sedangkan dana untuk pengabdian masyarakat tahun ini sebesar Rp 150 miliar.
Anggaran untuk riset dilakukan untuk menjawab kebutuhan inovasi dan mendukung program pemerintah, kata Nasir di kantornya, Jumat, 6 Januari 2017. Beberapa bidang riset yang kini dibutuhkan Indonesia adalah pangan pertanian, kesehatan obat-obatan, teknologi informasi, transportasi darat-laut-udara, nano-teknologi, pertanahan, energi terbarukan kemaritiman, serta bidang humaniora.
Nasir menyadari infrastruktur riset di berbagai perguruan tinggi di Indonesia masih terbatas, khususnya laboratorium. Tahun ini, Kementerian akan melakukan dua langkah penting untuk mengoptimalkan laboratorium di perguruan tinggi.
Langkah pertama yang bakal dilakukan adalah merestrukturisasi aset-aset di laboratorium. Setelah itu baru merevitalisasi. “Yang kami dorong laboratorium yang mendukung industri.â€
Menteri mencontohkan perguruan tertinggi tertentu memiliki keunggulan riset di bidang teknologi informasi. Maka, upaya yang dilakukan akan merevitalisasi laboratorium riset di bidang itu. Ia mengibaratkan laboratorium akan menjadi pabrik bagi mahasiswa untuk berpraktek. Contoh lain yang tengah dikembangkan adalah di Politeknik Batam yang mampu membuat cip untuk industri telekomunikasi.
Kementerian sudah menyiapkan anggaran untuk riset yang bisa segera digunakan. Diharapkan, pada 30 Juni 2017, sudah ada penelitian yang mengarah pada publikasi. “Tidak ada alasan lagi uang terlambat,†kata dia.